Memantaskan Skill di Era Digitalisasi 4.0
Oleh : Umar Faruq Al-afifi
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sejak manusia mulai menetap dan berkembang di
Bumi, Manusia terus melakukan perkembangan dalam bidang hal apapun, melakukan
inovasi demi inovasi dengan tujuan untuk semakin mempermudah manusia dalam
berkehidupan sehari hari, baik sejak belum ditemukannya IPTEK yaitu zaman
primitif dimana manusia dan hewan menjadi penggerak utama dalam suatu pekerjaan
dan kegiatan hingga kemudian ditemukannya IPTEK dan perkembangannya dari zaman
ke zaman.
Perkembangan
IPTEK tentu terus berkembang dari zaman ke zaman dan tentu berdampak besar
terhadap segala sesuatu didunia ini, dimulai dari revolusi 1.0 pada abad ke-18
yang mana melahirkan teknologi teknologi yang berbentuk mesin bertenagakan uap
dan api dan era ini sukses menggeser tenaga manusia dan hewan sebagao tenaga
utama dalam menggerakan perekonomian di zaman primitif sebelumnya, era 1.0 ini
juga sukses memberikan pertumbuhan ekonomis secara dramatis karena industri
yang awalnya digerakan oleh manusia dan hewan kemudian bisa lebih produktif
setelah digantikan oleh mesin bertenagakan uap.
Kemudian
dunia memasuki era 2.0 pada abad ke-20, pada era ini ditandai dengan
ditemukannya sumber daya baru yaitu listrik, sehingga industri pun mulai
menyesuaikan perubahan dengan berbasis listrik dalam penggerakannya namun masih
dalam pengontrolan yang dilakukan oleh manusia, dan hal ini tentu memberikan
dampak besar bagi produktivitas yang lebih efektif dan efisien, karena industri
mulai memiliki sistematika yang terarah dengan dibentuknya divisi divisi
pekerjaan didalam perindustrian sehingga setiap pekerja memiliki fokus untuk
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan divisinya, konsep ini dikenal dengan konsep
assembly lines atau pekerja yang berbaris untuk menyelesaikan sebuah total
pekerjaan yang ada didalam industri.
Setelah
itu pada akhir abad ke-20 dunia mulai memasuki era 3.0, pada era ini terjadi
geberakan besar besaran didalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi dengan mulai ditemukannya
komponen komponen elektronika seperti IC, Transistor, resistor, capasitor,
chips yang dapat mengolah sumber daya kelistrikan yang awalnya menjadi
penggerak utama sebuah mesin pasokan daya yang besar juga menjadi pemasok daya
untuk sebuah perangkat elektronika keras dan lunak yang dapat mendukung mesin
mesin tersebut bergerak tanpa bantuan operator, sehingga berdampak besar bagi
efisiensi produktifitas dari suatu industri dan mengurangi biaya produksi
karena di era ini tenaga manusia mulai tergantikan dengan sistem sistem
perangkat lunak yang terstruktur untuk menggerakan sebuah industri. Sehingga pada
zaman ini ditandai juga dengan munculnya Sumber daya manusia yang lebih
diarahkan untuk menjadi tenaga perawatan atau maintenance perangkat atau produk.
Kemudian
sampailah kita pada saat ini, pada abad ke-21 yaitu terjadi Revolusi Industri
untuk kesekian kalinya yang dikenal dengan era 4.0, Seperti yang kita tahu
seiring perkembangan zaman, Dunia sekarang diwarnai oleh munculnya kemajuan
teknologi yang hampir menyentuh segala lini dalam kehidupan, dan hal ini tentu
memaksa siapapun dan dari kalangan apapun untuk tersentuh dengan era ini, dan
tentu era ini tidak terpisahkan dengan anak millenials karena sejatinya zaman
ini adalah zaman mereka yang diharapkan untuk bisa produktif dan inovatif serta
siap menjadi pengganti dari era sebelumnya yaitu era 3.0 yang menjadi zaman
dari orang orang tua kita. Lantas apasih era 4.0 itu?
Era
digital 4.0 adalah zaman dimana semua hal didunia ini menggunakan teknologi yang
berbasis digital, yang mana bisa dikatakan semua diatur dalam bentuk digital
hal ini tentu mencakup sistem cyber, internet, komputasi dan robotik. Era ini
juga bisa disebut sebagai revolusi berbagai bidang industri karena, era ini
menjadi titik mula perubahan dari segala hal yang menggunakan mesin kini
berubah menjadi digital.
Revolusi
industri 4.0 ini ditandai juga dengan kemunculan superkomputer, Smart robotic,
Kendaraan tanpa awak, penyuntingan Genetik dan perkembangan pada fungsi otak
atau yang lebih dikenal dengan neuroteknologi.
Pada
revolusi era 4.0, industri pada era ini tidak dinilai keberhasilannya
berdasarkan ukuran besarnya perusahaan tersebut melainkan dari kelincahan
perusahaan tersebut untuk bisa menguasai sistem. Contoh kecilnya seperti munculnya
antar jemput online sekarang ini yang berbasis aplikasi internet, industri
antar jemput online ini sekarang bisa dikatakan telah mengalahkan industri
taksi argo yang telah lama berkembang sejak dahulu, dan bisa dikatakan
alasannya adalah karena industri taksi argo tersebut tidak berinovasi untuk
menyesuaikan dengan sistem yang ada pada era 4.0.
Sebagai millenial yang berkualitas tentunya harus
memiliki strategi untuk menghadapi era digitalisasi 4.0 karena tentu dengan
adanya teknologi yang luar biasa pesatnya, generasi yang bisa dikatakan sebagai
indikator keberhasilan atau tidaknya indonesia tentu harus bisa memilah dan
memilih teknologi yang pesat ini mau dimanfaatkan untuk membangun sesuatu yang
baik atau sebaliknya. Maka apa saja yang perlu dipersiapkan generasi millenial
dalam menghadapi era 4.0 agar menjadi personal yang bisa bersaing dengan dunia
luar sehingga indonesia memiliki generasi yang mantap :
1. Memiliki road map yang jelas.
untuk menetapkan arah yang jelas bagi masa depan indonesia dan
dalam hal apapun tentu seorang pribadi harus memiliki rencana, karena dengan
rencanalah semua hal yang ingin dilakukan dapat terencana dan terstruktur
dengan rapi dan jelas sehingga bisa dikatakan sebagai pribadi yang siap menghadapi
tantangan didepannya.
2. Menguasai Teknologi
Sebagai seorang pejuang tentu setiap personal harus mengetahui
tools yang ingin digunakan untuk menghadapi musuh didepannya, seperti contoh
seorang sahabat Rasulullah SAW yaitu Khalid bin walid RA yang mana didalam sejarah
beliau terkenal tidak pernah kalah ketika memimpin pasukan muslimin dalam menghadapi
musuh musuh islam pada saat itu, dan bisa dikatakan untuk diri beliau pribadi
bahwa beliau sangat piawai dalam bermain pedang sejak kecil, sehingga beliau pun
mendapat julukan pedang Allah yang terhunus karena kepiawaiannya dalam
menguasai alat dan medan peperangan. Dari beliau generasi millenial pun bisa mengambil
teladan bahwa seorang pejuang harus familiar dengan alat yang ia akan gunakan
untuk berjuang.
3. Menguasai bahasa asing
Mungkin pernah dari kita mendengar kalimat mutiara berupa “Bahasa
adalah kunci untuk membuka jendela dunia” atau dari sepenggal pepatah arab
yaitu yang berbunyi “Barangsiapa mempelajari bahasa suatu bangsa, maka ia akan
selamat dari tipu daya mereka”. Dua penggal kalimat diatas tentu memiliki makna
yang sungguh luar biasa bahwa dengan bahasalah seorang pejuang pun akan mengetahui
apa yang dimaksud oleh lawannya, begitupula generasi millenial yang tentu akan
bersaing dengan dunia internasional, maka dengan menguasai bahasa asing atau
paling tidak bahasa inggris sebagai bahasa internasional, insyaAllah dapat
mengetahui segala hal dari sesuatu yang bakal dihadapi.
4. Haus akan ilmu dan ibadah
Poin keempat ini adalah indikator kepribadian yang sangat memberikan
dampak besar karena hal ini bisa menentukan berhasil atau tidaknya 3 poin diatas.
Seperti yang kita tahu, secerdas cerdasnya orang yang berilmu kalau tidak haus
akan ibadah maka tidaklah ilmu tersebut digunakan kecuali hanya untuk memuaskan
diri pribadinya sendiri, dan sebaliknya sesholeh sholehnya orang yang ahli
ibadah jika ia tidak berilmu maka tidaklah manusia akan menghargainya dan akan
sulit untuk diakui kedudukannya. Maka bisa disimpulkan bahwa poin keermpat ini
adalah berkaitan dengan HablumminaAllah dan hablumminnas. Maka untuk menjadi
pribadi yang baik dan luar biasa maka generasi millenial harus haus akan ilmu
untuk mengejar keberhasilan duniawinya dan haus akan ibadah untuk mengejar
dunia dan akhirat serta mendapat Ridhonya Allah SWT.
Wallahu A'lam Bishawab.
Komentar
Posting Komentar